Energi Untuk Anak Cucu
AF-Electro's
"Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tapi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain” kalimat ini terasa tidak asing di telinga. Dalam teori fisika dijelaskan bahwa itu merupakan bunyi hukum kekekalan energi. Energi sendiri dilihat dari sumbernya banyak macamnya bisa berupa sumber energi utama atau energi alternatif. Dilihat dari jenisnya energi banyak macamnya salah satu diantaranya adalah energi listrik.
Energi listrik merupakan energi yang paling fleksibel, mudah dimanfaatkan serta mudah diperoleh. Energi listrik bisa dibangkitkan cukup dengan menggunakan generator. Karna sifatnya inilah sehingga banyak bentuk energi lain dirubah ke energi listrik untuk selanjutnya digunakan sesuai yang diinginkan. Salah satu contohnya menyetrika pakaian tidak perlu memanaskan arang cukup merubah energi listrik menjadi energi panas.
Seiring kemajuan teknologi semakin banyak alat yang diciptakan dengan listrik. Dilihat dari sudut pandang konsumen kehadiran alat-alat ini jelas membantu dalam kehidupan sehari-hari. Tapi disisi lain banyaknya alat-alat listrik ini membawa dampak tersendiri yakni krisis energi listrik. Untuk manusia yang hidup dibawah tahun 1821 bukan masalah besar toh listrik baru ditemukan, tapi untuk tahun 2015 ini dan kedepannya jika tanpa listrik bagaimana?. Ketergantungan manusia akan listrik sangatlah besar hitungan kasarnya sekitar 4/5 atau lebih populasi manusia di dunia butuh listrik.
Jika terbiasa hidup di pedalaman tentu bukan masalah besar jika tidak ada listrik, lagipula mereka makan cukup mencari di alam. Tapi untuk mereka yang hidup di perkotaan, rasanya tidak mungkin jika hidup tanpa listrik. Berkaca dari hal ini para insinyur-insinyur, peneliti, bahkan mungkin sampai politikus berpikir untuk mencari solusi permasalahan krisis energi listrik.
Sebagaian besar listrik dihasilkan dari pembangkit-pembangkit berbahan bakar minyak bumi, gas ataupun batu bara. Jika menambah kuantitas pembangkit-pembangkit jenis ini tentu kedepannya bukan solusi yang baik. Suatu saat minyak bumi, gas, serta batu bara akan habis belum lagi faktor keramah lingkungannya. Para engineer memutar otak untuk mendapat listrik dari sumber energi lain.
Riset perancangan orang-orang ini mulai menampakkan hasil. Mereka percaya bahwa sumber energi alternatif merupakan jawaban dari krisis energi listrik saat ini. Tapi jalan untuk penerapan energi alternatif tidaklah mudah. Banyak rintangan yang mesti dihadapi. Mulai dari biaya riset yang tidaklah murah, kebijakan dari birokrasi, faktor lingkungan, serta faktor sosial yang tak bisa diremehkan.
Misalnya dalam PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) jika masih dalam skala kecil permasalahan yang timbul tidaklah kompleks mungkin seputar pembangkit tersebut. Tapi dalam skala yang lebih besar masalah akan semakin kompleks. Tidak cukup memanfaatkan aliran sungai untuk memutar generator yang sangat besar. Mesti dibangun bendungan yang biaya pembangunannya tidaklah murah, jika sungai terbendung maka komunitas di sungai akan berubah biasanya ikan bebas berenang kedapannya akan beradaptasi lagi. Pembangunan bendungan juga mengancam pemukiman di daerah aliran sungai. Karena dibendung maka permukaan sungai naik sehingga beberapa wilayah di daerah aliran sungai menjadi tidak layak ditempati.
Itu baru satu contoh energi alternatif. Masih banyak sumber energi alternatif lain selain air bisa angin, matahari, nuklir, dan lain sebagainnya. Tentu bermacam-macam sumber energi altrenatif tersebut memiliki karakteristik yang berbeda beda pula. Terlepas dari bermacam-macam permasalahan yang timbul, sumber energi alternatif mengambil peranan penting untuk energi listrik di masa depan. Tentu energi listrik yang besar saja tidak cukup untuk mengatasi krisis ini, diperlukan perilaku konsumen yang bijak dalam penggunaannya serta produsen pembuat alat lsitrik juga tak kalah penting dalam melakukan inovasi produk hemat energi. Jika semua mampu bersinergi bukan tidak mungkin permasalahan-permasalahan akan teratasi.